Kamis, 19 April 2018

Contoh Kasus Kejahatan yang Telah Terjadi Dengan Memanfaatkan Data Pelanggan

Contoh kasus kejahatan yang telah terjadi dengan memanfaatkan data pelanggan bisa dilihat disini

Kamis, 12 April 2018

MENENTUKAN JALUR KRITIS DAN LAMA WAKTU DAN MEMBUAT DIAGRAM PERT


Berikut ini adalah soal dan jawaban untuk menentukan Diagram Pert serta jalur kritis  dan lama waktu dalam mengerjakan proyek. Jawabannya ada disini

Kamis, 22 Maret 2018

Manajemen Layanan Sistem Informasi Lanjut


Sebuah perusahaan bernama PT UG Informatik, perusahaan tersebut memproduksi sistem informasi. Salah satu devisi dalam perusahan itu adalah IT development. Devisi tersebut bertugas membuat aplikasi-aplikasi sistem informasi yang dibutuhkan oleh klien atau pelanggan. Pt ug informatik mengkhususkan pada aplikasi enterprise resource
Pihak manajemen berevaluasi dan disimpulkan bahwa banyak komplain dari pelanggan yang tidak bisa diatasi tepat waktu. Pihak manajemen mengambil kesimpulan hal ini dikarenakan belum adanya standar keselamatan kerja. Banyaknya komplain tidak teratasi karena akhir-akhir ini banyak pegawai yang sakit

Tugas:
Anda sebagai salah satu personil yang ditunjuk oleh pihak manajemen untuk membangun standar keselamatan kerja khusus untuk devisi IT development
Mengidentifikasi: penyakit apa yang muncul, apakah peralatan yang digunakan sudah benar.


Inilah jawabannya klik disini

Selasa, 19 Desember 2017

TUGAS SOFTSKILL 3: AUDIT TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI

1.      PENGERTIAN MANAJEMEN RISIKO
Manajemen resiko adalah suatu sistem pengawasan risiko dan perlindungan harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau perorangan atas kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu risiko.
Proses pengelolaan risiko yang mencakup identifikasi, evaluasi dan pengendalian risiko yang dapat mengancam kelangsungan usaha atau aktivitas perusahaan
Suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan /pengelolaan sumberdaya
2.      FUNGSI MANAJEMEN RISIKO
Fungsi manajemen resiko mencakup, menemukan kerugian potensial dan mengevaluasi kerugian potensial. Menemukan kerugian potensial, yaitu berupaya menemukan atau mengidentifikasi seluruh resiko murni yang dihadapi oleh perusahaan, sedangkan mengevaluasi kerugian potensial, yaitu melakukan penilaian terhadap semua kerugian potensial yang dihadapi oleh perusahaan.
a.       Menemukan Kerugian Potensial
Artinya berupaya untuk menemukan/mengidentifikasi seluruh risiko yang dihadapi oleh  perusahaan.
b.      Mengevaluasi Kerugian Potensial.
Artinya melakukan evaluasi dan penilaian terhadap semua kerugian potensial yang dihadapi oleh perusahaan.
c.       Memilih Teknik/Cara yang Tepat atau Menentukan suatu kombinasi dari Teknik-teknik Yang tepat Guna Menanggulangi Kerugian.
Pada pokoknya ada 4 (empat) cara yang dapat dipakai untuk menanggulangi risiko, yaitu: mengurangi kesempatan terjadinya kerugian, meretensi, mengasuransikan dan menghindari.  Dimana tugas dari Manajer Risiko adalah memilih salah satu cara yang paling tepat untuk menanggulangi suatu risiko atau memilih suatu kombinasi dari cara-cara yang paling tepat untuk menanggulangi risiko.

3.      METODE IDENTIFIKASI RISIKO
Identifikasi risiko merupakan tahap awal dari manajemen risiko. Tahap ini berkenaan dengan penemuan risiko yang mungkin terjadi pada suatu proyek.
Metode Identifikasi Risiko terbagi dalam 4 tahap yaitu:
a.       Analisis Data Historis
·         Menggunakan berbagai informasi dan data yang tersedia dalam perusahaan mengenai segala sesuatu yang pernah terjadi.
·         Contoh dari data kepegawaian, dapat diketahui bahwa perusahaan menghadapi resiko kehilangan karyawan yang penting
b.      Pengamatan dan Survei
·         Melakukan investigasi atau pencarian data langsung di tempat kejadian.
·         Contoh dengan mengamati proses produksi, dapat diketahui bahwa perusahaan menghadapi resiko lampu mati.
c.        Pengacuan (Banchmarking)
·         Mencari informasi tentang resiko di tempat atau perusahaan lain.
·         Contohnya, dari berita di media massa, dapat diketahui bahwa eskalator beresiko menyebabkan anak-anak terjepit.
d.       Pendapat Ahli
·         Mencari informasi dari ahli di bidang resiko tertentu.
·         Contohnya dari bertanya pada dokter, dapat diketahui bahwa orang dengan tingkat kolesterol tinggi beresiko kena penyakit jantung

4.      PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pada Pengambilan Keputusan terbagi menjadi 4 kelompok yaitu:
a.       Keputusan  dalam keadaan kepastian (certainty)
Apabila semua informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusan lengkap, maka keputusan dikatakan dalam keadaan yang pasti (terdapat kepastian). Dengan kata lain dalam keadaan ada kepastian, kita dapat meramalkan secara tepat hasil dari tindakan (action). Misalnya dalam persoalan linear programming, kita dapat mengetahui berapa jumlah keuntungan (profit) maksimum yang bisa diperoleh setelah kita mengetahui persediaan setiap jenis bahan dan kebutuhan input bagi masing-masing jenis produk. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali keputusan yang kita ambil dalam keadaan ada kepastian. Kita tahu dengan pasti arah untuk berangkat ke kantor, restoran favorit, atau obat yang mujarab. Hal-hal semacam itu sudah rutin kita laksanakan sehingga tidak perlu pemikiran yang mendalam. Permasalahan akan berbeda ketika pemerintah harus mengatur ekspor non-migas dari sektor pertanian agar jumlah penerimaan devisa hasil ekspor maksimal dengan memperhatikan kendala-kendala yang ada. Misal, luas lahan yang tersedia, jumlah petani, jumlah benih dan modal yang tersedia, dan jumlah permintaan.
Berbagai teknik Operation Research (OR) yang tergolong ada kepastian antara lain linear programming(LP), persoalan transportasi, persoalan penugasan, net working planning. Pemecahan mengenai pemngambilan keputusan dalam keadaan / situasi adanya kepastian bersifat deterministik.
b.      Keputusan dalam keadaan resiko (risk)
Resiko terjadi bila hasil pengambilan keputusan walaupun tidak dapat diketahui dengan pasti, tetapi dapat diketahui nilai kemungkinannya (probabilitas). Misalnya, anda ingin memutuskan membeli barang. Setiap barang dibungkus dengan rapi sehingga anda tidak dapat membedakan barang yang dalam keadaan bagus maupun cacat. Seandainya penjual tersebut jujur dan anda diberitahu bahwa barang tersebut berjumlah 100 buah dan barang yang dalam keadaan rusak berjumlah 99 buah. Kemudian anda harus memutuskan apakan membeli barang tersebut atau tidak.
Bila anda termasuk orang yang normal, mungkin anda tidak akan membeli barang tersebut, sebab resikonya terlalu besar. Kemungkinan memperoleh barang rusak sebesar 99%. Namun jika sebaliknya, jumlah barang yang rusak hanya ada 1 buah. Kemungkinannya adalah anda akan membeli barang tersebut, sebab kemungkinan untuk mendapatkan barang rusak hanya 1%.
c.       Keputusan dalam keadaan ketidakpastian (uncertainty)
Adalah suatu keadaan dimana kita tidak dapat menentukan keputusan karena belum pernah terjadi sebelumnya (pertama kali). Dalam keadaan ini kita perlu mengumpulkan informasi sebanyak-banyak tentang suatu pemasalahan. Dengan informasi tersebut maka dapat dibuat beberapa alternatif-alternatif keputusan sehingga dapat diketahui nilai probabilitasnya. Dengan diperolehnya nilai probabilitas baik berdasarkan informasi yang anda peroleh maupun berdasarkan pendapat anda secara subjektif. Permasalahan ini sudah tidak lagi berada dalam ketidakpastian, melainkan berada dalam kepastian karena resiko yang akan diterima telah diketahui. Walaupun nilai probabilitas yang anda peroleh cukup kasar (roughly estimate). Pohon keputusan (decision tree) bisa dipergunakan untuk memecahkan persoalan dalam ketidakpastian.
d.      Keputusan dalam keadaan konflik (conflict)
Terkadang dalam pengambilan keputusan tidak selalu lancar. Banyak permasalahan-permasalahan yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Apalagi bila keputusan yang diambil terdapat konflik atau dapat menyebabkan konflik. Situasi konflik dapat terjadi bila kepentingan dua pengambil keputusan atau lebih saling bertentangan (ada konflik) dalam situasi yang kompetitif. Pengambil keputusan bisa juga berarti pemain (player) dalam suatu permainan (game). Sebagai contoh, pengambil keputusan (sebut A) memperoleh keuntungan dari suatu tindakan yang dia lakukan (course of action). Hal ini disebabkan karena pengambil keputusan yang lain (sebut B) juga mengambil tindakan tertentu. Dalam analisis keputusan (decision analisys), pengambil keputusan atau pemain tidak hanya tertarik pada apa yang secara individual dilakukan, tetapi juga apa yang dilakukan oleh keduanya (yaitu A dan B). Oleh karena itu keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh masing-masing akan saling mempengaruhi baik secara positif (menguntungkan) atau negatif (merugikan). Dalam praktiknya banyak sekali situasi semacam itu, misalnya perusahaan terlibat dalam strategi pasar yang kompetitif, pengembangan produk baru, dan memikat eksekutif yang berpengalaman.
Walaupun kelihatannya sederhana, keputusan dalam situasi ada konflik sering kali dalam praktiknya menjadi sangat kompleks (ruwet). Misalnya, kita dihadapkan pada keadaan yang tidak pasti ditambah lagi adanya tindakan pihak lawan yang bisa mempengaruhi hasil keputusan. Faktor-faktor yang dipertimbangkanmenjadi lebih banyak. Keputusan dalam situasi ada konflik bisa dipecahkan dengan teori permainan (game theory).

5.      JENIS RISIKO YANG DIJUMPAI DI PERUSAHAAN
Berikut adalah jenis risiko yang dijumpai di perusahaan:

Contoh jenis-jenis risiko yang sering dijumpai:
a.       Risiko Reputasi
Reputasi merupakan hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Ketika suatu reputasi jatuh, maka kehancuran suatu perusahaan sudah melanda didepan mata. Contoh: Adanya suatu kasus penemuan di sebuah restoran X yang mana ada indikasi penggunaan zat tertentu yang dilarang. Jika restoran X memiliki cabang yang banyak, maka “kecacatan di restoran X” biasanya digeneralisir oleh masyarakat. Hal ini akan merusak nama baik semua restoran cabang X.
Hal yang bisa dilakukan manajemen puncak untuk pemulihan risiko reputasi:
·         Mengakui bahaya
·         Mengevaluasi dampak dari risiko
·         Mengalokasikan sumber daya yang luas untuk pengendalian kerusakan
·         Mencoba mengambil kembali reputasi perusahaan dan kepercayaan klien dengan berbagai strategi
·         Melakukan prosedur pembatasan kerusakan lebih lanjut dimasa mendatang

b.      Risiko Pasar
Risiko pasar biasanya berkaitan dengan perubahan harga pasar yang bisa merugikan suatu perusahaan. Misalkan adanya penurunan harga saham yang berakibat penurunan nilai pasar saham perusahaan tersebut. Hal ini akan merugikan perusahaan karena harga saham bergerak pada arah yang tidak menguntungkan.
c.       Risiko Kredit
Risiko ini sering terjadi pada perusahaan yang melakukan skema penjualan secara kredit. Risiko ini juga bisa menimpa perusahaan yang bergerak dalam bidang lembaga keuangan. Risiko ini merupakan bahaya kuno yang dikarenakan ketidakmampuan untuk mengekstrak perjanjian (pinjam meminjam) dalam mitra bisnis. Perusahaan harus bisa melakukan manajemen utang dengan baik. Termasuk harus mengetahui tingkat kesehatan perusahaan yang akan menjadi mitra bisnisnya. Sehingga nantinya bisa diidentifikasi apakah perusahaan tersebut memiliki kemampuan untuk membayar utangnya.
d.      Risiko Operasional
Risiko yang terjadi karena kurang berfungsinya suatu proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem atau adanya problem eksternal. Risiko ini akan menimbulkan kerugian yang dapat berdampak akan hilangnya potensi keuntungan.













Sumber:

Selasa, 31 Oktober 2017

TUGAS SOFTSKILL 2: AUDIT TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI

A.   Pengendalian Internal
1.      Pengertian
Menurut Romney dan Steinbart (2009:229): “Pengendalian Internal adalah rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk menjaga asset, memberikan informasi yang akurat dan andal mendorong dan memperbaiki efisiensi jalannya organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah ditetapkan.”
Menurut penelitian Committee of Sponsoring Organization ( COSO ), pengendalian internal merupakan sistem, struktur atau proses yang diimplementasikan oleh dewan komisaris, manajemen dan karyawan dalam perusahaan yang bertujuan untuk menyediakan jaminan yang memadai bahwa tujuan pengendalian tersebut dicapai, meliputi efektifitas dan efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dapat tercapai.
Sedangkan menurut Sukrisno Agoes (2008:79), pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan, seperti keandalan laporan keuangan, efektifitas dan efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.”
Berdasarkan ketiga definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian internal adalah sistem, struktur atau prosedur yang saling berhubungan memiliki beberapa tujuan pokok yaitu menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi yang dikoordinasikan sedemikian rupa, dan mendorong dipatuhinya kebijakan hukum dan peraturan yang berlaku untuk melaksanakan fungsi utama perusahaan.

2.      Tujuan
Menurut Arens & Loebbecke (2009:258) Manajemen dalam merancang struktur pengendalian internal mempunyai kepentingan-kepentingan sebagai berikut:
1)      Keandalan Laporan Keuangan 
Manajemen perusahaan bertanggung jawab dalam menyiapkan laporan keuangan bagi investor, kreditor dan pengguna lainnya. Manajemen mempunyai kewajiban hukum dan profesional untuk menjamin bahwa informasi telah disiapkan sesuai standar laporan, yaitu prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2)      Mendorong efektifitas dan efisiensi operasional
Pengendalian dalam suatu organisasi adalah alat untuk mencegah kegiatan dan pemborosan yang tidak perlu dalam segala aspek usaha, dan untuk mengurangi penggunaan sumber daya yang tidak efektif dan efisien.
3)      Ketaatan pada hukum dan peraturan
Pengendalian internal yang baik tidak hanya menyediakan seperangkat peraturan lengkap dan sanksinya saja. Tetapi pengendalian internal yang baik, akan mampu mendorong setiap peronal untuk dapat mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan dan berkaitan erat dengan akuntansi contohnya adalah UU Perpajakan dan UU Perseroan Terbatas.

Tujuan pengendalian internal adalah menjamin manajemen perusahaan/organisasi/entitas agar:
1)      Tujuan perusahaan yang ditetapkan akan dapat dicapai.
2)      Laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan dapat dipercaya
3)      Kegiatan perusahaan sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Pengendalian internal dapat mencegah kerugian atau pemborosan pengolahan sumber daya perusahaan. Pengendalian intern dapat menyediakan informasi tentang bagaimana menilai kinerja perusahaan dan manajemen perusahaan serta menyediakan informasi yang akan digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan.

B.   Pengendalian Umum
1.      Pengertian
Romney and Steinbart (2015) mendefinisikan pengendalian umum (General controls) sebagai: Pengendalian umum bertujuan untuk memastikan pengendalian lingkungan dalam keadaan stabil dan di kelola dengan baik. Contohnya mencakup keamanan, Infrastruktur TI, dan akuisisi perangkat lunak, pengembangan, dan pemeliharaan.
Pengendalian umum pada perusahaan biasanya dilakukan terhadap aspek fisikal maupun logikal. Aspek fisikal, terhadap aset-aset fisik perusahaan, sedangkan aspek logikal biasanya terhadap sistem informasi di level manajemen (misal: sistem operasi). Pengendalian umum sendiri digolongkan menjadi beberapa, diantaranya adalah:
1)      Pengendalian organisasi dan otorisasi.
Yang dimaksud dengan organisasi disini adalah secara umum terdapat pemisahan tugas dan jabatan antara pengguna sistem (operasi) dan administrator sistem (operasi). Disini juga dapat dilihat bahwa pengguna hanya dapat mengakses sistem apabila memang telah diotorisasi oleh administrator.
2)      Pengendalian operasi.
Operasi sistem informasi dalam perusahaan juga perlu pengendalian untuk memastikan sistem informasi tersebut dapat beroperasi dengan baik selayaknya sesuai yang diharapkan.
3)      Pengendalian perubahan.
Perubahan-perubahan yang dilakukan terhadap sistem informasi juga harus dikendalikan. Termasuk pengendalian versi dari sistem informasi tersebut, catatan perubahan versi,serta manajemen perubahan atas diimplementasikannya sebuah sistem informasi.
4)      Pengendalian akses fisikal dan logikal.
Pengendalian akses fisikal berkaitan dengan akses secara fisik terhadap fasilitas-fasilitas sistem informasi suatu perusahaan, sedangkan akses logikal berkaitan dengan pengelolaan akses terhadap sistem operasi sistem tersebut (misal: windows).

2.      Tujuan
Tujuan pengendalian umum lebih menjamin integritas data yang terdapat di dalam sistem komputer dan sekaligus meyakinkan integritas program atau aplikasi yang digunakan untuk melakukan pemrosesan data.

3.      Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang termasuk dalam pengendalian umum (pengendalian perspektif manajemen) diantaranya adalah:
a.       Pengendalian manajemen puncak (top management controls).
b.      Pengendalian manajemen pengembangan sistem (informa5on system management controls).
c.       Pengendalian manajemen sumber data (data resources management controls).
d.      Pengendalian manajemen operasi (operations management controls).
e.       Pengendalian manajemen keamanan (security administration management controls).
f.       Pengendalian manajemen jaminan kualitas (quality assurance management controls).

4.      Contoh
Pengendalian umum juga dapat diarAkan sebagai pengendalian yang Adak terkait langsung ke suatu aplikasi tertentu. Misalnya dalam contoh ATM, ketentuan bahwa masuk ke ruang ATM tidak boleh memakai helm. Adanya CCTV di ruang ATM dan ketentuan adanya satpam di situ adalah dapat dikategorikan dengan pengendalian umum (ketentuan-ketentuan tersebut tidak langsung dengan transaksi pengambilan uang di mesin ATM).


C.   Pengendalian Aplikasi
1.      Pengertian
Romney and Steinbart (2015) mendefinisikan pengendalian aplikasi (Application Controls) sebagai: Pengendalian aplikasi bertujuan untuk mencegah, mendeteksi, dan memperbaiki kesalahan transaksi dan fraud dalam program aplikasi. Pengendalian aplikasi berkaitan dengan akurasi, kelengkapan, keabsahan, dan otorisasi dari data yang diambil, dimasukkan, diproses, disimpan, dikirimkan ke sistem lain, dan dilaporkan.
Pengendalian aplikasi (application controls) adalah sistem pengendalian intern komputer yang berkaitan dengan pekerjaan atau kegiatan tertentu yang telah ditentukan (setiap aplikasi berbeda karateristik dan kebutuhan pengendaliannya). Misalnya komputerisasi kepegawaian tentu berbeda resiko dan kebutuhan pengendaliannya dengan sistem komputerisasi penjualan, apalagi bila sistem penjualan tersebut didesain web-based atau E-Commerce.
Pengendalian Aplikasi Terdiri Dari:
·         Pengendalian masukan atau input controls.
·         Pengendalian proses pengolahan data atau process controls.
·         Pengendalian keluaran atau output controls.

2.      Tujuan
Tujuan pengendalian aplikasi dimaksudkan untuk memastikan bahwa data di-input secara benar ke dalam aplikasi, diproses secara benar, dan terdapat pengendalian yang memadai atas output yang dihasilkan. Dalam audit terhadap aplikasi, biasanya, pemeriksaan atas pengendalian umum juga dilakukan mengingat pengendalian umum memiliki kontribusi terhadap efektifitas atas pengendalian-pengendalian aplikasi.
3.      Contoh
Pengendalian aplikasi disebut juga pengendalian transaksi, karena didesain berkaitan dengan transaksi pada aplikasi tertentu. Misalnya apabila nasabah akan mengambil uang di ATM, setelah memasukkan kartu akan dimina PIN, atau setelah memasukkan nilai uang yang akan diambil, ATM akan mengecek sapakah saldo cukup, atau jumlahnya diijinkan sesuai dengan mengecek apakah saldo cukup, atau jumlahnya diijinkan sesuai dengan ketentuan bank. Pengendalian berupa PIN dan limit pengambilan uang tersebut hanya berlaku di ATM, tidak berlaku di kegiatan lain.

4.      Unsur
Terdapat beberapa unsur dalam pengendalian aplikasi, pengendalian aplikasi pada dasarnya terdiri dari:
·         Pengendalian batas sistem (boundary controls)
·         Pengendalian masukan (input controls)
·         Pengendalian proses pengolahan data (process controls)
·         Pengendalian keluaran (output controls)
·         Pengendalian file/database (file/database controls)
·         Pengendalian komunikasi aplikasi (communica5on controls).


Sumber:



TUGAS SOFTSKILL 1: AUDIT SISTEM INFORMASI

Audit
1.      Pengertian Audit
Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan tidak memihak, yang disebut auditor.
2.      Tujuan Audit Secara Umum
Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesaikan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima.
3.      Tujuan Audit Sistem Informasi
a.       Mengamankan Asset
Aset (aktiva) yang berhubungan dengan instalasi sistem informasi mencakup: perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), manusia (people), file data, dokumentasi sistem, dan peralatan pendukung lainnya.
b.      Menjaga Integritas Data
Integritas data berarti data memiliki atribut: kelengkapan, baik dan dipercaya, kemurnian, dan ketelitian. Tanpa menjaga integritas data, organisasi tidak dapat memperlihatkan potret dirinya dengan benar atau kejadian yang ada tidak terungkap seperti apa adanya.
Keputusan maupun langkah-langkah penting di organisasi salah sasaran karena tidak didukung dengan data yang benar. Oleh karena itu, upaya untuk menjaga integritas data, dengan konsekuensi akan ada biaya prosedur pengendalian yang dikeluarkan harus sepadan dengan manfaat yang diharapkan.
c.       Menjaga Efektifitas Sistem
Sistem informasi dikatakan efektif hanya jika sistem tersebut dapat mencapai tujuannya.
perlu upaya untuk mengetahui kebutuhan pengguna sistem tersebut (user), apakah sistem menghasilkan laporan atau informasi yang bermanfaat bagi user. Auditor perlu mengetahui karakteristik user berikut proses pengambilan keputusannya.
Biasanya audit efektivitas sistem dilakukan setelah suatu sistem berjalan beberapa waktu.
Manajemen dapat meminta auditor untuk melakukan post audit guna menentukan sejauh mana sistem telah mencapai tujuan.
d.      Efisiensi
Dikatakan efisien jika ia menggunakan sumberdaya seminimal mungkin untuk menghasilkan output yang dibutuhkan. Pada kenyataannya, sistem informasi menggunakan berbagai sumberdaya, seperti mesin, dan segala perlengkapannya, perangkat lunak, sarana komunikasi dan tenaga kerja yang mengoperasikan sistem tersebut.

4.      Tahapan Audit Sistem Informasi
Audit Sistem Informasi dapat dilakukan dengan berbagai macam tahap-tahap. Tahap-tahap audit terdiri dari 5 tahap sebagai berikut :
1)      Tahap pemeriksaan pendahuluan 
Sebelum auditor menentukan sifat dan luas pengujian yang harus dilakukan, auditor harus memahami bisnis auditi (kebijakan, struktur organisasi, dan praktik yang dilakukan). Setelah itu, analisis risiko audit merupakan bagian yang sangat penting. Ini meliputi review atas pengendalian intern. Dalam tahap ini, auditor juga mengidentifikasi aplikasi yang penting dan berusaha untuk memahami pengendalian terhadap transaksi yang diproses oleh aplikasi tersebut. pada tahap ini pula auditor dapat memutuskan apakah audit dapat diteruskan atau mengundurkan diri dari penugasan audit.  
2)      Tahap Pemeriksaan Rinci.
Pada tahap ini auditnya berupaya mendapatkan informasi lebih mendalam untuk memahami pengendalian yang diterapkan dalam sistem komputer klien. Auditor harus dapat memperkirakan bahwa hasil audit pada akhirnya harus dapat dijadikan sebagai dasar untuk menilai apakah struktur pengendalian intern yang diterapkan dapat dipercaya atau tidak. Kuat atau tidaknya pengendalian tersebut akan menjadi dasar bagi auditor dalam menentukan langkah selanjutnya.
3)      Tahap Pengujian Kesesuaian.
Dalam tahap ini, dilakukan pemeriksaan secara terinci saldo akun dan transaksi. Informasi yang digunakan berada dalam file data yang biasanya harus diambil menggunakan software CAATTs. Pendekatan basis data menggunakan CAATTs dan pengujian substantif untuk memeriksa integritas data. Dengan kata lain, CAATTs digunakan untuk mengambil data untuk mengetahui integritas dan keandalan data itu sendiri. .
4)      Tahap Pengujian Kebenaran Bukti.
Tujuan pada tahap pengujian kebenaran bukti adalah untuk mendapatkan bukti yang cukup kompeten,. Pada tahap ini, pengujian yang dilakukan adalah (Davis at.all. 1981):
a.       Mengidentifikasi kesalahan dalam pemrosesan data 
b.      Menilai kualitas data 
c.       Mengidentifikasi ketidakkonsistenan data 
d.      Membandingkan data dengan perhitungan fisik 
e.       Konfirmasi data dengan sumber-sumber dari luar perusahaan.

5)      Tahap Penilaian Secara Umum atas Hasil Pengujian.
Pada tahap ini auditor diharapkan telah dapat memberikan penilaian apakah bukti yang diperoleh dapat atau tidak mendukung informasi yang diaudit. Hasil penilaian tersebut akan menjadi dasar bagi auditor untuk menyiapkan pendapatanya dalam laporan auditan. Auditor harus mengintegrasikan hasil proses dalam pendekatan audit yang diterapkan audit yang diterapkan. Audit meliputi struktur pengendalian intern yang diterapkan perusahaan, yang mencakup:
a.       Pengendalian umum,
b.      Pengendalian aplikasi, yang terdiri dari:
·         Pengendalian secara manual
·         Pengendalian terhadap output sistem informasi
·         Pengendalian yang sudah diprogram.

5.      Pengumpulan Data
Pengumpulan bukti diperoleh dari pihak yang terkait dengan materi audit seperti Direktur, bagian operasional, bagian marketing, bagian accounting. Bukti-bukti dikumpulkan dengan menggunakan intrumen audit sebagai berikut :
1)      Observasi (Pengamatan)
Dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap perusahaan dan sistem informasi yang terkait dengan penjualan untuk mendapatkan gambaran umum tentang perusahaan tersebut.
2)      Wawancara
Melakukan Tanya jawab secara langsung dengan pihak terkait untuk mendapatkan gambaran secara rinci mengenai siklus penjualan yang ada serta prosedur dan tatalaksana sistem informasi penjualan yang dijalankan setiap hari.
3)      Kuesioner
Dengan menyebarkan pertanyaan kuesioner kepada karyawan yang berkaitan dengan sistem informasi penjualan. Kuesioner disebarkan langsung secara terbuka.


Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Audit
http://www.bsiuntag-sby.com/berita-154-audit-sistem-informasi.html
http://darmansyah.weblog.esaunggul.ac.id/2013/09/21/audit-sistem-informasi-dan-tujuannya/
http://giriayoga.com/2011/05/16/tujuan-audit-sistem-informasi/